Mahasiswa UMS Boyong Juara 3 Nasional Lewat Gagasan Wakaf Produktif di Waduk Cengklik

WhatsApp Image 2025-06-11 at 09.14.20
Bagikan Juga Ke

 

SURAKARTA – Tiga mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil mengharumkan nama kampus dalam ajang Jambi Accounting Competition Seminar Nasional (JACSEN) 2025. Tim Femvisory yang terdiri dari Rumaisa Hisan, Elsa Rindy Viantika, dan Adira Rizqy Cahya Safitri ini menyabet juara 3 dalam cabang Lomba Karya Tulis Ilmiah yang berlangsung di Universitas Jambi pada 3-5 Mei 2025.

Prestasi tersebut diraih setelah melewati seleksi ketat dari ratusan tim peserta. Total terdapat 350 tim dari berbagai universitas di seluruh Indonesia yang mendaftar pada empat cabang lomba di JACSEN 2025, yakni Olimpiade Akuntansi, National Business Plan Competition, Lomba Karya Tulis Ilmiah, dan National Essay Competition.

Setelah melalui tahap seleksi abstrak proposal, hanya 18 tim dari 16 universitas yang berhasil lolos ke final. Dengan bimbingan Candra Kusuma Wardana, S.E., M.B.A., Rumaisa dan tim menyoroti potensi optimalisasi dana wakaf produktif melalui pendekatan wisata edukatif.

Mereka mengusung judul “Village Education Tourism: Optimalisasi Wakaf Produktif dan Akad Istishna’ Paralel untuk Urbanisasi Pada Desa Sobokerto.” Gagasan mengenai pemberdayaan ekonomi berbasis wakaf yang diimplementasikan di kawasan Waduk Cengklik, Boyolali.

“Kami ingin mengubah waduk yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata menjadi kawasan produktif. Ada lahan kosong seluas 21 hektare yang belum dimanfaatkan. Kami mengusulkan pembangunan pabrik pengolahan ikan dan wisata edukasi olahan pangan,” ujar Rumaisa saat diwawancarai, Rabu (11/6).

Tak hanya konsepnya yang inovatif, tim juga melakukan riset langsung ke lokasi. Mereka mewawancarai kepala desa dan masyarakat setempat sebagai bagian dari pengumpulan data lapangan untuk memperkuat proposal mereka.

Perjalanan menuju panggung nasional tidak semulus yang dibayangkan. Mulai dari seleksi abstrak, penyusunan full paper, hingga babak presentasi final, semua dilalui dengan kerja tim yang disiplin. Tim Femvisory memilih menyusun full paper terlebih dahulu sebelum mengirimkan abstraknya ke panitia. Strategi ini mereka pilih agar memiliki materi yang kuat sejak awal.

“Total kami butuh sekitar sebulan untuk menyelesaikan semuanya, termasuk survei lapangan dan penyusunan data,” ungkap mahasiswa semester 6 itu.

Menariknya, Rumaisa dan tim sempat meraih peringkat kedua dalam tahap seleksi proposal. Namun saat presentasi, peringkatnya turun menjadi ketiga. Hal ini terjadi karena sistem penjurian yang berbeda antara penilaian proposal dan presentasi.

“Juri presentasi tidak menerima dokumen proposal kami sebelumnya, jadi mereka hanya menilai dari penyampaian di panggung. Padahal konten proposal kami cukup kompleks,” ujar dia.

Meski begitu, tim tetap bersyukur dengan hasil yang dicapai. Menurut Rumaisa, bisa tampil di panggung nasional dan membawa nama UMS sebagai finalis saja sudah menjadi kebanggaan tersendiri. (Genis/Humas)


Bagikan Juga Ke

Ikuti kami

@pdmSukoharjo