Oleh: Aris Rakhmadi, S.T., M.Eng. dan Hj. Siti Rochmijatun, S.Ag., M.Ag.
Setiap musim haji selalu menghadirkan suasana haru sekaligus penuh harapan. Bagi umat Islam, panggilan berhaji bukan sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci, melainkan perjalanan spiritual yang memerlukan kesiapan lahir dan batin. Kesadaran inilah yang senantiasa ditumbuhkan oleh KBIHU Armina Kabupaten Sukoharjo melalui kegiatan manasik haji.
Dalam kegiatan yang digelar baru-baru ini, hadir Ketua KBIHU Armina H. Sugiyarto, M.Pd., Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sukoharjo, Ketua LPHU PDM Sukoharjo, Ketua PDM Sukoharjo, serta Kepala KUA Kecamatan Sukoharjo. Kehadiran mereka menjadi bentuk dukungan dan sinergi antara pemerintah, persyarikatan, dan masyarakat dalam membimbing calon tamu Allah.
Jumlah calon jamaah haji (calhaj) asal Kecamatan Sukoharjo tahun ini tercatat 78 orang, meski masih menunggu tahap verifikasi lebih lanjut. Para jamaah juga mendapatkan penjelasan teknis terkait mekanisme pelunasan biaya haji yang kini terintegrasi melalui Bank Syariah Indonesia (BSI), serta kewajiban memenuhi syarat istitho’ah kesehatan sebagai prasyarat keberangkatan.
Kesiapan dokumen perjalanan turut menjadi perhatian. Paspor yang berlaku sepuluh tahun wajib segera dikumpulkan sebelum batas akhir 20 November 2025. Bagi jamaah dengan nama satu kata, harus ditambahkan nama ayah sesuai aturan imigrasi. Pemerintah melalui Kemenag bahkan memfasilitasi pengurusan kolektif paspor bekerja sama dengan pihak imigrasi. Semua ini adalah ikhtiar agar para jamaah benar-benar siap menjalani ibadah yang agung ini.
Namun, manasik haji bukan hanya bicara soal dokumen dan administrasi. Di sela acara, Ketua PDM Sukoharjo, Bapak Wiwoho, menyampaikan tausiyah penuh makna. Beliau mengingatkan bahwa haji adalah latihan jiwa, tempat seorang Muslim menahan diri dari jidal (perdebatan), fusuk (maksiat), dan rofats (ucapan yang kotor). Calon jamaah diajak untuk melatih kesabaran, menjaga lisan, serta membiasakan hati yang luas dan pemaaf. Inilah bekal utama agar kelak meraih predikat haji mabrur.
Pesan-pesan tersebut mengingatkan bahwa perjalanan haji sejatinya adalah tazkiyatun nufus, proses penyucian jiwa. Haji melatih setiap Muslim untuk rendah hati, tidak iri, dan menghormati sesama. Kesabaran di Tanah Suci bermula dari kesabaran dalam kehidupan sehari-hari. Maka, manasik haji bukan sekadar simulasi ritual, melainkan juga latihan mental dan spiritual.
KBIHU Armina berkomitmen terus mendampingi jamaah dengan menggelar manasik rutin setiap hari Ahad pukul 06.00–08.30. Jadwal ini memberi kesempatan bagi calon jamaah untuk berlatih secara konsisten, agar kelak tidak hanya memahami tata cara haji, tetapi juga mampu menghayati makna setiap rukun dan manasik yang dijalani.
Setiap calon jamaah disadarkan bahwa haji adalah panggilan. Tidak semua orang mendapat kesempatan ini, sehingga rasa syukur harus senantiasa dipupuk. Melalui bimbingan, kebersamaan, dan doa, jamaah diharapkan berangkat dengan hati yang tenang, menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan, dan kembali ke tanah air dengan membawa anugerah terindah: haji yang mabrur.