Agama, Kekuasaan dan Budaya

Oleh: KHAFID SIROTUDIN (Ketua LHKP-PWM Jateng, 2015-2022)

Soal “Bendera Tauhid”
Beberapa pekan ini viral di medsos, seorang taruna Akmil yang memasang foto pribadi di status medsosnya. Yakni sebuah foto/gambar (sebelum/sesudah masuk Akmil) dimana dia sedang hiking/muncak sambil mengenakan tas ransel dan bendera warna hitam dengan tulisan kalimat syahadatain yang diyakini oleh sebagian muslim sebagai bendera tauhid.

Tak ayal gambar tersebut menjadi ramai ditanggapi netizen dengan beragam komen. Ada yang positif, ada yang negatif dan ada juga yang obyektif- proporsional.
Tidak kurang pula beberapa pejabat dan aparat yang terkait pun ikut komen, berstatemen menanggapi dengan berbagai narasi yang riuh, ramai dan saling berbeda pandangan.

Kami jadi ingat apa yg pernah disampaikan pak Tafsir Ketua PWM Jateng dalam sebuah pengajian:
“Syariat tanpa kekuasaan (politik) tidak bisa dijalankan”. Dan syariat tanpa budaya juga sulit untuk dilaksanakan.”

Pada pengajian tersebut, pak Tafsir juga menceritakan bagaimana sosok Rasulullah Muhammad Saw. Sebagai sosok pemimpin negara, bangsa dan umat yang berintegritas, jujur, adil, demokratis, tidak otoriter dan mengedepankan musyawarah mufakat, sebagaimana “dasar2 negara Dar-al-Ahdi wa Syahadah” yang termaktub dalam Piagam Madinah dan disepakati oleh muhajirin, anshar dan ketua-2 suku bangsa di Madinah kala itu.

Beliau menyampaikan juga bagaimana sosok Nabi Saw yang penuh komitmen dengan semua isi perjanjian yang sudah diratifikasi dg bangsa Quraish, seperti Perjanjian Hudaibiyah.

Oleh karenanya meski perintah Allah Swt untuk melaksanakan ibadah haji turun pada tahun 6 H, namun Rasulullah Saw baru bisa melaksanakan haji pada tahun 9 H, setelah fathul makkah pada tahun 8 Hijriyah.
Bahkan pernah Rasul saw beserta 1400-an calon jamaah haji asal Madinah, batal melakukan ibadah haji karena ditolak dan tidak mendapatkan ‘visa haji’ dari otoritas penguasa Makkah saat itu, yakni bangsa Quraish yang masih kafir.

Pak Tafsir juga menyitir Qs. Al-Isra’ : 80 beserta asbabul-nuzul yang melatari Nabi Saw. melaksanakan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Ketika mau hijrah Nabi saw berdoa pada Allah Swt “ya Rabb-ku masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yg benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau Kekuasaan yang Menolong”.

Hikmah Dibalik Peristiwa
Coba dibayangkan apabila yang dibawa oleh Taruna Akmil tsb Bendera Muhammadiyah, yg di dalamnya juga ada Kalimat Syahadatain. Insya Allah dan kami yakin tidak akan menimbulkan masalah seheboh sekarang.
Bahkan mungkin akan dijadikan role-mode bagi AMM, kader dan simpatisan persyarikatan. Juga dapat dijadikan panduan umat dan masyarakat dalam bersyariat, bermuamalat, bersiyasat tanpa menanggalkan insan yang bertauhid dan atribut sebagai seorang muslim.

Contohlah Panglima Besar TNI Soedirman.
Selain dikukuhkan sbg Bapak TNI, Pahlawan Nasional, Bapak Bangsa???????? juga Bapak Pandu HW Muhammadiyah yang selalu menjaga wudhu-nya dalam situasi aman maupun perang bergerilya.

Di dalam tubuh TNI mengalir darah Muhammadiyah.
Dan di dalam tubuh Muhammadiyah mengalir darah TNI.

Menurut kami sudah saatnya Muhammadiyah mulai memikirkan dan menciptakan berbagai Agenda Besar Kader Bangsa. Seleksi dan fasilitasi lulusan terbaik SMA/SMK Mu untuk menjadi taruna Akmil, AAU, AAL, Akpol. Juga dorong dan perbanyak kader AMM untuk menjadi mahasiswa dan praja STPDN, STAN, Sekolah Sandi Negara, Sekolah Pertanahan. Fasilitasi AMM untuk menjadi Ahli Nuklir, Ahli Mikro Biologi dan Mikro Bakteriologi, Dokter Spesialis dan Sub Spesialis, dan berbagai Pendidikan Strategis lainnya.

Alokasikan dana LAZISMu fii Sabilillah yang cukup memadai untuk mewujudkan agenda itu. MPK, IPM bersama Majlis Dikdasmen dan Dikti membuat guidance dan segera bergerak nyata, real action untuk mewujudkan Beasiswa Khusus Kader Bangsa.
Bagian kami LHKP bertugas membangun network dg berbagai pihak dan stakeholders terkait.

Ikuti kami

@pdmSukoharjo