SURAKARTA — Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang diperingati setiap 29 Mei, Kaprodi Program Studi Profesi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dwi Rosella Komala Sari, M.Fis., S.Fis., Ph.D., menekankan pentingnya peran fisioterapi dalam menjaga kesehatan fisik dan kemandirian para lansia.
Fisioterapis merupakan tenaga kesehatan profesional yang bertujuan untuk mencegah, mengembalikan, memelihara, atau meningkatkan fungsi dan gerak tubuh seseorang yang terganggu akibat cedera, penyakit, atau kondisi medis tertentu. “Fisioterapis tidak hanya bersifat reaktif dalam proses pemulihan, tetapi juga proaktif dalam mencegah penurunan fungsi fisik serta cedera, terutama pada kelompok lansia,” jelas Dwi Rosella, Kamis (29/5).
Ia menyampaikan bahwa melalui program latihan yang terstruktur dan edukasi yang tepat, fisioterapis mampu membantu lansia mempertahankan kemandirian, mengurangi rasa sakit, dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik di usia senja.
Beberapa masalah umum yang kerap dihadapi lansia, seperti osteoporosis dan nyeri sendi, dapat berdampak serius pada kualitas hidup. Fisioterapis dapat membantu mengurangi nyeri tersebut melalui berbagai teknik, seperti terapi panas menggunakan infrared, kompres panas, terapi TENS, terapi ultrasound, hingga teknik massage.
“Gerakan sendi, peregangan otot, hingga penguatan otot sekitar sendi merupakan bentuk intervensi fisioterapi yang bertujuan mengurangi kekakuan, mencegah spasme otot, dan meningkatkan stabilitas sendi,” tambahnya.
Dwi Rosella juga menyoroti pentingnya keterlibatan keluarga atau caregiver dalam keberhasilan terapi. “Pasien lansia lebih sering berinteraksi dengan keluarga atau pendamping, sehingga edukasi kepada mereka menjadi kunci untuk keberlangsungan terapi yang efektif,” paparnya.
Sebagai bentuk kontribusi nyata, Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UMS telah membentuk komunitas lansia yang menjadi bagian dari kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Salah satunya adalah melalui mata kuliah Fisioterapi Komunitas yang mengajarkan mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan lansia dalam skema fisioterapi komunitas.
“Komunitas ini juga menjadi wadah untuk menjalankan program-program fisioterapi yang dirancang secara khusus bagi para lansia,” terangnya.
Memperingati HLUN 2025, ia pun mengajak masyarakat untuk membiasakan olahraga ringan minimal 30 menit setiap hari. Aktivitas seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang dapat membantu menjaga kebugaran dan metabolisme tubuh.
“Namun hindari olahraga berat seperti lari cepat, lompat-lompat, atau angkat beban yang dapat menimbulkan cedera. Dengan olahraga teratur, risiko penyakit seperti stroke dan jantung dapat diminimalkan, dan masa tua bisa dijalani dengan sehat, mandiri, dan bahagia,” pesannya.
Dengan pendekatan menyeluruh dan kolaboratif, fisioterapi tidak hanya menjadi solusi pemulihan, tetapi juga bagian dari gaya hidup lansia yang sehat dan produktif. (Fika/Humas)