SURAKARTA – Sebagai negara yang ikut meratifikasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), sudah seyogyanya Indonesia memfokuskan pendidikannya pada pemenuhan target SDGs. Tak terkecuali bidang keilmuan pendidikan jasmani.
Ihwal itu mengemuka dalam kuliah umum internasional yang digelar Program Studi Pendidikan Jasmani Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), yang berlangsung di Ruang Seminar Pascasarjana UMS, Rabu (4/6).
Kegiatan yang diikuti mahasiswa Pendidikan Jasmani UMS itu, mengangkat tema “PETE (Physical Education Teacher Education) Students’ Contributions to The 2030 SDGs in Social and Sports Domains”.
Koordinator acara, Agam Akhmad Syaukani, S.Si., M.Ed., menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa mengenai kontribusi mahasiswa pendidikan jasmani terhadap pendidikan berkualitas.
“Mahasiswa bisa mengambil contoh kasus dari negara asal masing-masing pembicara. Mahasiswa bisa mengetahui pola pengajarannya seperti apa dan kualifikasi minimumnya seperti apa,” ungkap Agam.
Menghadirkan pendidikan berkualitas yang berkesinambungan menjadi visi besar Pendidikan Jasmani UMS. Apalagi bidang pendidikan jasmani sangat berkaitan erat dengan 2 dari 17 tujuan SDGs, yakni Kehidupan Sehat Sejahtera dan Pendidikan Berkualitas.
Agam menekankan pentingnya peran guru pendidikan jasmani sebagai motor penggerak demi mewujudkan kedua tujuan SDGs tersebut. Ia mendorong pemenuhan kualifikasi calon pengajar pendidikan jasmani sebelum terjun mengajar para murid.
“Pendidikan jasmani yang berkualitas itu motor penggeraknya ya pengajarnya itu sendiri. Kalau pengajarnya itu memiliki kualifikasi yang mumpuni, harapan kami selain bisa meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, juga bisa mengampanyekan gaya hidup aktif dan sehat,” imbuh dosen Pendidikan Jasmani UMS itu.
Kuliah umum tersebut menghadirkan dua orang pembicara asal Malaysia dan Cina, yakni dosen Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Madya Dr. Zainal Abidin bin Zainudin, dan dosen Shanghai University of Sport, Cina, Prof. Li Youqiang.
Zainal Abidin memaparkan kaitan inti pendidikan jasmani dan kaitannya dengan SDGs. Ia menyebut seorang mahasiswa pendidikan jasmani harus memiliki lima dasar utama, yakni kemampuan pedagogik yang baik, pengetahuan materi pembelajaran, dan dasar-dasar ilmiah, profesionalisme, dan kemampuan praktik yang baik.
“Tujuan pendidikan jasmani ini kan untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan. Tidak cukup hanya memberikan murid pengetahuan dasar,” ujar Zainal.
Setidaknya terdapat empat alasan pendidikan jasmani sangat penting untuk SDGs, antara lain: pendidikan jasmani mewadahi perkembangan holistik; mempromosikan perkembangan emosional, kognitif, dan fisik; serta mendorong rasa tanggung jawab, ketahanan, dan inklusivitas.
Sementara Li Youqiang menjabarkan perkembangan pendidikan jasmani di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, kata dia, pendidikan jasmani menjadi salah satu penggerak modernisasi pendidikan.
“Pendidikan dan modernisasi adalah ‘China’s Dream’. Pendidikan jasmani mendukung visi Cina yang lebih sehat pada 2030,” kata Li.
Pendidikan jasmani di Cina terus berkembang seiring waktu. Li menyebut kurikulum di Cina berfokus pada kemampuan riset, kemampuan kepemimpinan, dan kemampuan komunikasi yang baik. Ia menegaskan guru pendidikan jasmani harus mengedepankan etika moral yang baik.
“Kalau guru pendidikan jasmani tidak memiliki etika yang baik, kami pikir dia tidak akan menjadi guru pendidikan jasmani yang baik,” tegasnya. (Gede/Humas)