Oleh: H. Aris Rakhmadi, S.T., M.Eng.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، نَحْمَدُهُ عَلَى نِعْمَةِ الْإِيمَانِ وَالْإِسْلَامِ، وَنَسْأَلُهُ سُبْحَانَهُ أَنْ يُوَفِّقَنَا لِلتَّعَاوُنِ عَلَى الْبِرِّ وَالْإِحْسَانِ، وَأَنْ يَجْعَلَ إِنْفَاقَنَا سَبَبًا لِرَفْعِ الْمَعَانَاةِ عَنْ إِخْوَانِنَا الْمُبْتَلَيْنَ. نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ الْقُلُوبِ وَسَبِيلُ نَيْلِ رِضَا رَبِّ الْعَالَمِينَ. قَالَ تَعَالَى: ﴿ مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴾
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta alam, yang melimpahkan kepada kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk berkumpul di hari yang penuh berkah ini sebagai umat yang bersatu dalam kepedulian. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan dalam kedermawanan dan kepedulian terhadap sesama. Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita renungkan kembali betapa pentingnya peran kita sebagai bagian dari umat dan Persyarikatan dalam menegakkan solidaritas dan kemanusiaan. Melalui gerakan infak, Muhammadiyah senantiasa menghidupkan nilai tolong-menolong, menolong yang lemah, serta menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat, sehingga kebajikan kita menjadi wasilah terbangunnya kesejahteraan dan kekuatan umat secara kolektif.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Islam mengajarkan bahwa hubungan antar-sesama muslim bukan sekadar ikatan sosial, tetapi ikatan iman yang meneguhkan rasa persaudaraan. Karena itu, musibah banjir yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan hanya peristiwa geografis, tetapi panggilan nurani bagi setiap orang beriman untuk hadir, peduli, dan berbagi. Kepedulian adalah tanda keimanan, dan siapa yang peduli kepada saudaranya, maka Allah akan memerhatikannya. Inilah saat kita menguatkan simpul ukhuwah melalui langkah nyata menolong mereka.
﴿ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ﴾
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurāt: 10)
Musibah yang menimpa sebagian umat bukan hanya ujian bagi mereka yang merasakan langsung kesulitannya, tetapi juga ujian bagi kita yang sedang dilapangkan oleh Allah. Apakah kita memilih untuk diam ataukah bergerak menolong? Apakah kita memilih untuk menyaksikan dari jauh, ataukah memberi peran melalui infak, doa, dan dukungan moral? Pertanyaan ini menjadi cermin bagi diri kita bahwa kepedulian bukanlah pilihan tambahan, tetapi kewajiban keimanan. Melalui musibah ini, Allah membuka peluang amal kebaikan yang besar bagi siapa pun yang ingin menguatkan derajatnya di sisi-Nya dengan membantu sesama.
Jamaah yang dimuliakan Allah, musibah banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat adalah bagian dari sunnatullah pada alam. Allah menciptakan dunia ini dengan segala dinamika dan ketetapannya, termasuk adanya bencana yang menguji manusia. Ketika musibah terjadi, tugas kita bukan menyalahkan alam, bukan mencari siapa yang bersalah, tetapi menata hati agar semakin tunduk kepada Allah dan menguatkan empati kepada sesama. Musibah adalah panggilan bagi kita untuk mengingat bahwa kehidupan bersifat sementara, dan pertolongan kepada sesama adalah salah satu jalan meraih ridha-Nya.
﴿ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴾
“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Hadirnya musibah bukan hanya menguji orang yang tertimpa, tetapi juga menguji kita yang masih diberi keselamatan. Apakah hati kita tergerak? Apakah tangan kita terulur? Hari ini saudara kita merasakan derasnya air dan kehilangan harta benda; besok bukan mustahil kita yang diuji dengan hal serupa. Karena itu, empati dan kepedulian bukan sekadar sikap sosial, tetapi bagian dari keimanan. Setiap bantuan yang kita berikan adalah bukti bahwa kita tidak abai atas panggilan Allah untuk peduli, sekaligus bukti bahwa kita memahami hakikat kehidupan ini sebagai ladang amal kebaikan.
Jamaah yang dirahmati Allah, infak bukan sekadar sedekah, tetapi merupakan bukti nyata kepedulian sosial dan kemuliaan akhlak seorang mukmin. Infak adalah cermin iman, sebab orang yang yakin bahwa rezeki datang dari Allah akan ringan mengeluarkan hartanya di jalan kebaikan. Allah menggambarkan besarnya pahala infak dengan perumpamaan yang agung—sebutir benih yang tumbuh menjadi tujuh ratus kali lipat. Artinya, setiap rupiah yang kita sumbangkan untuk membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, akan kembali kepada kita sebagai pahala berlipat yang hanya Allah yang mengetahuinya.
﴿ مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴾
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai; pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Lebih dari itu, Allah memuji hamba-hamba-Nya yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit. Artinya, infak tidak menunggu kita kaya atau berlebih; justru infak yang dikeluarkan di tengah keterbatasan adalah yang paling dicintai Allah. Infak Jumat yang kita lakukan hari ini adalah momentum kolektif yang membawa kekuatan besar: pahala jamaah, kekuatan kebersamaan, dan kepedulian yang mampu meringankan beban keluarga-keluarga korban banjir di Sumatera. Setiap jamaah yang berinfak, sekecil apa pun, menjadi bagian dari cahaya kebaikan yang menerangi hidup sesama.
﴿ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ ﴾
“(Yaitu) orang-orang yang berinfak di waktu lapang maupun sempit.” (QS. Āli ‘Imrān: 134)
Jamaah yang berbahagia, salah satu identitas luhur Persyarikatan Muhammadiyah adalah ruh tajdid dan kepedulian kemanusiaan yang selalu hadir dalam setiap gerak langkahnya. Ketika bencana melanda saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, PP Muhammadiyah segera menginstruksikan agar infak Jumat dialihkan untuk membantu para korban. Instruksi ini bukan sekadar kebijakan administratif, tetapi wujud nyata komitmen Muhammadiyah untuk selalu berada di garis terdepan dalam aksi kemanusiaan. Inilah jati diri umat yang berkemajuan: responsif, peduli, dan berperan aktif dalam meringankan beban sesama.
Melalui Lazismu dan MDMC, Muhammadiyah memastikan bahwa setiap rupiah infak jamaah disalurkan secara tepat sasaran, profesional, dan akuntabel. Kekuatan organisasi inilah yang menjadikan infak bukan hanya sekadar amal pribadi, tetapi gerakan kolektif yang berdampak luas. Ketika kita berinfak hari ini, kita tidak hanya menyerahkan harta kepada Allah, tetapi juga meneguhkan diri sebagai bagian dari persyarikatan yang menolong dan memajukan kemanusiaan. Infak adalah aksi nyata dari iman, amal, dan karakter umat berkemajuan.
Jamaah yang dirahmati Allah, infak yang kita keluarkan pada hari ini bukanlah angka yang kecil di hadapan Allah, meskipun mungkin tampak sederhana bagi kita. Setiap rupiah dari infak Jumat dapat menjadi penyelamat bagi saudara-saudara kita yang sedang berjuang menghadapi dampak banjir: menyediakan tenda tempat bernaung, makanan pokok untuk bertahan, pakaian pengganti, obat-obatan, kebutuhan logistik, hingga dukungan pemulihan pascabencana. Kebaikan yang kita beri, berapa pun nilainya, akan menjadi mata rantai kebaikan yang menghidupkan harapan di tengah keputusasaan. Dan setiap bantuan yang kita berikan akan kembali kepada kita sebagai pahala yang terus mengalir.
Infak bukan hanya mengobati luka fisik mereka yang terkena musibah, tetapi juga menjadi penenang batin dan penyembuh luka psikologis para korban. Ketika mereka mengetahui bahwa umat Islam di berbagai tempat peduli dan hadir, hati mereka menjadi lebih kuat dalam menghadapi ujian. Allah memerintahkan kita untuk membersihkan jiwa dan memperkuat masyarakat melalui gerakan filantropi, sebagaimana tertuang dalam firman-Nya. Ayat ini bukan hanya tentang zakat, tetapi mencakup makna luas tentang bagaimana harta yang kita keluarkan dapat menyucikan jiwa, memperkuat solidaritas sosial, dan membangun masyarakat yang saling menolong.
﴿ خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴾
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu adalah ketenteraman bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)
Jamaah yang dirahmati Allah, janganlah kita menunda kebaikan, sebab kesempatan beramal tidak selalu datang dua kali. Hari ini, masjid-masjid Muhammadiyah di seluruh Indonesia bergerak bersama menguatkan infak untuk membantu saudara-saudara kita di Sumatera yang sedang tertimpa musibah. Marilah kita akhiri khutbah ini dengan tekad dan komitmen bersama bahwa infak terbaik kita adalah harapan terbaik bagi saudara-saudara kita. Semoga kepedulian ini menjadi amal yang mendekatkan kita kepada Allah dan memperkuat ukhuwah di antara kaum beriman, sebagaimana perintah-Nya untuk saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
﴿ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan.” (QS. Al-Mā’idah: 2).
بارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِجَمِيعِ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Jamaah yang dirahmati Allah, marilah kita akhiri khutbah ini dengan tekad yang kuat bahwa kepedulian bukan hanya wacana, tetapi amal nyata yang Allah cintai. Saudara-saudara kita di Sumatera menanti uluran tangan kita; setiap rupiah infak yang kita keluarkan adalah penegas iman, penguat persatuan, dan penyelamat bagi mereka yang sedang diuji. Maka jangan tunda kebaikan—jadikan infak hari ini sebagai bukti bahwa hati kita hidup, iman kita bekerja, dan kita adalah bagian dari umat yang saling menguatkan. Semoga Allah menerima amal kita dan menjadikannya cahaya bagi para korban serta pemberat timbangan kebaikan kita di akhirat. Ayo, bangkitkan gerakan infak terbaik kita, karena di sanalah harapan mereka dan kemuliaan kita.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ، اللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ، وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ، وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ، وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اللَّهُمَّ اهْدِ وُلَاةَ أُمُورِنَا لِلْحَقِّ وَالْعَدْلِ، وَوَفِّقْنَا لِمُسَاعَدَةِ إِخْوَانِنَا فِي سُومَاتِرَا وَأَيْسِهِ، وَاجْعَلْ إِنْفَاقَنَا سَبَبًا فِي رَفْعِ الضُّرِّ وَجَلْبِ الرَّحْمَةِ لَهُمْ. اللَّهُمَّ بَارِكْ فِي بِلَادِنَا، وَوَحِّدْ قُلُوبَنَا عَلَى الْخَيْرِ وَالنُّصْرَةِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Aris Rakhmadi, Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta sejak 2004, telah 21 tahun lebih aktif mengajar