Aris Rakhmadi, Hj. Siti Rochmijatun
Kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KBIHU Armina PDM Sukoharjo pada Ahad, 16 November 2025, menjadi bagian penting dari persiapan para calon jamaah dalam memahami tata cara ibadah haji secara menyeluruh. Kegiatan ini tidak hanya menekankan praktik ritual, tetapi juga mempersiapkan kesiapan fisik, mental, dan spiritual agar setiap langkah ibadah dilakukan dengan penuh kesadaran dan sesuai tuntunan. Sebagai pengingat akan kewajiban haji dan panggilan Ilahi, Allah berfirman:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
“(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Ibrahim [14]:27)
Ayat ini menegaskan bahwa ibadah haji adalah panggilan universal bagi umat manusia, yang menuntut kesungguhan, kesiapan, dan kepatuhan penuh terhadap perintah Allah. Dengan memahami makna ayat ini, kegiatan manasik dirancang agar jamaah merasakan kedekatan spiritual sejak awal, bukan sekadar latihan fisik belaka. Melalui bimbingan para pembimbing yang berpengalaman, para calon jamaah dibimbing untuk menata niat, memahami urutan ritual, dan membiasakan diri dengan gerakan serta doa yang akan mereka lakukan di tanah suci. Kegiatan hari ini dirancang sedemikian rupa agar menjadi fondasi yang kuat sebelum memasuki tahapan praktik lanjutan di lokasi simulasi haji berikutnya, sehingga setiap jamaah dapat menunaikan ibadah dengan keyakinan, ketertiban, dan kesadaran penuh akan nilai spiritual yang terkandung dalam setiap rukun haji.
Praktek Sa’i: Pembukaan Manasik dan Penguatan Pemahaman Ibadah
Kegiatan manasik dimulai dengan pembukaan yang dilaksanakan secara tertib di halaman SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Para pembimbing terlebih dahulu memberikan penjelasan teori singkat tentang makna dan urutan ibadah Sa’i, sehingga jamaah memahami konteks spiritual dan historis yang melatarbelakanginya. Penjelasan ini menjadi penting karena Sa’i merupakan salah satu rukun haji yang menuntut jamaah untuk menjalankannya dengan tata cara yang benar. Dengan bekal teori tersebut, jamaah dapat memasuki sesi praktik dengan kesiapan mental dan pemahaman dasar yang lebih baik.
Setelah sesi teori selesai, para jamaah diarahkan untuk memulai praktik Sa’i dalam format simulasi. Dalam pelaksanaannya, Sa’i dilakukan sebanyak tiga kali putaran sebagai latihan awal, mengingat waktu yang terbatas dan masih adanya sesi kedua dalam manasik hari itu. Meskipun belum mencapai tujuh kali putaran seperti pelaksanaan sesungguhnya di Tanah Suci, pembimbing memastikan bahwa alur, arah, serta bacaan doa pada setiap tahapan dapat dipahami dengan benar oleh jamaah. Latihan ini dirancang untuk memberikan gambaran nyata mengenai Sa’i sehingga jamaah tidak merasa asing ketika melakukannya di Mas’a.
Agar pelaksanaan berjalan efektif, jamaah dibagi menjadi tiga regu, masing-masing dipandu dua hingga tiga pembimbing. Pembagian ini memudahkan interaksi langsung antara pembimbing dan jamaah, terutama bagi mereka yang membutuhkan penjelasan tambahan terkait langkah atau doa tertentu. Para pembimbing memberikan arahan secara berulang dan sabar, memastikan bahwa setiap peserta mampu meniru gerakan Sa’i sesuai tuntunan. Dengan formasi regu kecil seperti ini, proses latihan berlangsung lebih tertib dan personal.
Antusiasme jamaah terlihat sejak awal praktik dimulai, ditandai dengan kesungguhan mereka mengikuti instruksi yang disampaikan oleh para pembimbing. Banyak yang tampak berusaha memahami setiap detail gerakan, mulai dari posisi awal di titik Shafa hingga langkah menuju Marwah. Semangat ini menunjukkan betapa besar keinginan jamaah untuk menjalankan ibadah haji dengan sempurna dan sesuai tuntunan. Keseriusan mereka juga menggambarkan kesiapan spiritual untuk memasuki rangkaian ibadah yang lebih berat di kemudian hari.
Praktik Sa’i tidak hanya berfungsi sebagai simulasi fisik, tetapi juga sebagai penguatan pemahaman ibadah yang menjadi pondasi sebelum jamaah menjalani manasik berikutnya. Melalui latihan ini, jamaah dilatih untuk menata niat, menjaga ketertiban, serta menyesuaikan diri dengan ritme ibadah haji yang memerlukan konsistensi dan ketahanan. Pendampingan intensif dari pembimbing membuat jamaah merasa lebih percaya diri dan terarah dalam menjalankan setiap tahapan ibadah. Dengan demikian, sesi awal ini menjadi titik penting yang mempersiapkan jamaah untuk praktik Sa’i lengkap pada pertemuan berikutnya.

Pendalaman Spiritualitas: Doa, Pembimbingan, dan Interaksi Jamaah
Selama praktik Sa’i berlangsung, suasana menjadi lebih khusyuk dengan lantunan doa yang mengiringi setiap langkah jamaah. Para pembimbing mencontohkan bacaan doa yang biasa dibaca ketika memulai Sa’i, di pertengahan lintasan, hingga saat mencapai titik Marwah. Irama doa yang dilantunkan secara bersama-sama menciptakan atmosfer spiritual yang kuat, membuat jamaah lebih merasakan makna perjalanan ibadah tersebut. Kehadiran doa ini membedakan Sa’i dari sekadar aktivitas fisik menjadi rangkaian zikir dan permohonan kepada Allah.
Sebagian jamaah terlihat menggunakan buku saku KBIHU Armina untuk memastikan bacaan doa yang dilafalkan sesuai tuntunan. Buku saku tersebut menjadi pegangan penting, terutama bagi jamaah yang belum hafal atau masih ragu dengan susunan doa. Meskipun beberapa jamaah masih harus berhenti sejenak untuk mencocokkan bacaan, hal itu menunjukkan keseriusan mereka dalam memperhatikan aspek religius dari praktik Sa’i. Penggunaan buku saku juga membantu mereka menghafal secara bertahap untuk persiapan manasik berikutnya maupun pelaksanaan di Tanah Suci.
Para pembimbing menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam memberikan penjelasan kepada jamaah, baik ketika ada pertanyaan mengenai bacaan doa atau tata cara Sa’i. Dengan pendekatan yang lembut dan komunikatif, pembimbing menjelaskan makna setiap doa dan mengoreksi bila terdapat kesalahan pengucapan. Sikap persuasif ini membuat jamaah merasa nyaman untuk bertanya dan memperdalam pemahaman mereka. Pendekatan edukatif yang humanis ini menjadi fondasi penting dalam menanamkan nilai ibadah yang benar.
Setelah praktik selesai, para pembimbing mengadakan sesi evaluasi singkat untuk menilai sejauh mana jamaah memahami rangkaian Sa’i. Jamaah diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan, baik yang berhubungan dengan teknis gerakan maupun bacaan doa yang masih membingungkan. Dialog dua arah ini membuat suasana pembelajaran terasa hidup dan interaktif, sehingga jamaah tidak hanya mengandalkan hafalan semata, tetapi benar-benar memahami konteks ibadah. Evaluasi ini juga membantu pembimbing mengetahui aspek mana yang perlu diperkuat pada pertemuan selanjutnya.
Edukasi Kesehatan dan Istithaah sebagai Syarat Haji
Memasuki sesi kedua, jamaah haji mendapatkan materi mengenai kesehatan yang disampaikan oleh dr. H. Guntur Subiyantoro dari PDM Sukoharjo. Dalam paparannya, beliau menekankan bahwa persiapan kesehatan tidak bisa dianggap sebagai pelengkap, tetapi merupakan bagian utama dari rangkaian persiapan ibadah haji. Haji merupakan ibadah fisik yang menuntut kekuatan, stamina, serta kondisi tubuh yang stabil untuk mampu menjalani aktivitas intens selama di tanah suci. Oleh karena itu, jamaah perlu memahami sejak awal bagaimana menjaga kesehatan pribadi agar rangkaian ibadah dapat ditunaikan dengan baik dan tanpa hambatan.
Selain aspek fisik, dr. H. Guntur juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional. Beliau menjelaskan bahwa perjalanan haji adalah pengalaman spiritual yang penuh ujian, sehingga kesiapan mental menjadi faktor penentu kenyamanan dan kekhusyukan ibadah. Jamaah diimbau untuk mengelola emosi, menjaga ketenangan hati, dan mempelajari cara menghadapi situasi tak terduga ketika berada di luar negeri. Dengan kondisi fisik dan mental yang stabil, jamaah dapat menjalankan setiap rangkaian ibadah tanpa tekanan yang berlebihan.
Dalam materi tersebut, dr. H. Guntur juga memberikan penjelasan mengenai prosedur rujukan kesehatan yang kadang diperlukan sebelum keberangkatan. Jika dalam pemeriksaan kesehatan ditemukan kondisi yang mengharuskan jamaah menjalani rujukan, maka hal tersebut perlu diikuti dengan tenang dan tanpa kecemasan. Beliau menegaskan bahwa rujukan bukan bentuk penghambat, melainkan bagian dari upaya memastikan jamaah memenuhi istithaah kesehatan sebagai syarat sahnya keberangkatan. Dengan mengikuti ketentuan medis, jamaah justru melindungi diri dari potensi risiko yang dapat mengganggu keseluruhan rangkaian ibadah haji.
Selain aspek kesehatan fisik, dr. H. Guntur juga menyinggung filosofi ihram sebagai simbol kesiapan meninggalkan sifat duniawi. Menurut beliau, ihram bukan hanya pakaian khusus, melainkan tanda bahwa jamaah memasuki kondisi suci yang mengharuskan pengendalian diri dan menghindari berbagai larangan. Filosofi ini mengajarkan jamaah untuk menata niat dan membersihkan hati sebelum melangkah lebih jauh dalam ibadah haji. Pemahaman mengenai ihram menjadi fondasi spiritual yang sangat penting untuk memaknai keseluruhan perjalanan ibadah.
Penjelasan mengenai wukuf juga menjadi bagian penting dari materi yang disampaikan. Wukuf dipahami sebagai puncak ibadah haji, momen ketika jamaah memohon ampun dan memperbaharui diri secara total. Dalam sesi ini, dr. H. Guntur mengingatkan bahwa wukuf bukan sekadar berada di Arafah, tetapi menghayati esensi penyucian diri dan permohonan ampun kepada Allah. Dengan pemahaman ini, jamaah diharapkan dapat menjalani ibadah wukuf dengan hati yang lebih bersih dan penuh kesadaran spiritual.
Melalui edukasi kesehatan dan penjelasan mengenai istithaah, ihram, serta wukuf, sesi kedua ini mengajarkan bahwa ibadah haji merupakan perjalanan fisik sekaligus perjalanan ruhani. Jamaah perlu menyeimbangkan antara mempersiapkan tubuh dan menata jiwa, karena keduanya saling melengkapi dalam mencapai haji yang mabrur. Materi yang disampaikan tidak hanya memberi wawasan medis, tetapi juga memperkokoh pemahaman spiritual jamaah. Dengan bekal ini, jamaah diharapkan lebih siap menjalani rangkaian manasik berikutnya dan akhirnya melaksanakan ibadah haji dengan penuh kesadaran.
Arah Lanjutan Pembimbingan Manasik Haji
Kegiatan manasik haji yang berlangsung hari ini ditutup dengan suasana penuh harapan dan semangat dari para jamaah. Setelah melalui dua sesi pembelajaran yang padat, jamaah tampak lebih yakin dan memahami rangkaian ibadah yang telah mereka praktikkan. Penutupan dilakukan secara singkat namun tetap memberikan penegasan bahwa proses pembimbingan tidak berhenti pada pertemuan hari ini. Para jamaah diingatkan untuk menjaga kesiapan diri, baik secara fisik maupun spiritual, menjelang pertemuan manasik berikutnya.
Setelah seluruh jamaah meninggalkan lokasi kegiatan, pengurus KBIHU Armina PDM Sukoharjo mengadakan rapat internal untuk membahas persiapan lanjutan. Rapat ini difokuskan pada evaluasi pelaksanaan manasik hari ini serta penyesuaian teknis untuk simulasi berikutnya. Pengurus memastikan bahwa setiap aspek, mulai dari pembagian regu hingga alur materi, dapat ditingkatkan agar kegiatan manasik berjalan semakin efektif. Komitmen pengurus untuk meningkatkan kualitas bimbingan menunjukkan bahwa pelayanan kepada jamaah dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Dalam rapat tersebut, juga dibahas persiapan praktek manasik haji Tamattu’ yang akan dilakukan ke lokasi wisata religi seperti miniatur Masjidil Haram, Armuzna, dan lainnya di Singkil Boyolali. Kegiatan ini direncanakan berlangsung besok, 30 November 2025, menggunakan tiga bus, dengan setiap bus didampingi tiga pembimbing. Seluruh pengurus dan pembimbing KBIHU Armina akan bergabung dalam kegiatan tersebut untuk memastikan simulasi berjalan lancar dan jamaah memperoleh pemahaman yang optimal. Selain itu, praktek besar berikutnya juga direncanakan pada 15 Februari 2026 di daerah Sukoharjo, sebagai kelanjutan pembinaan manasik haji secara menyeluruh.
Dalam rapat tersebut juga ditegaskan bahwa praktik Sa’i yang lengkap sebanyak tujuh kali akan dilaksanakan pada pertemuan mendatang di Edukasi Haji Singkil Boyolali. Tempat ini dipilih karena menyediakan fasilitas simulasi yang lebih mendekati kondisi sebenarnya di Tanah Suci. Jamaah diharapkan dapat mengikuti latihan tersebut dengan kesiapan yang lebih matang setelah memperoleh pemahaman dasar dari kegiatan hari ini. Dengan adanya praktik Sa’i lengkap, pembimbing berharap jamaah semakin familiar dengan perjalanan ibadah yang akan mereka lakukan saat menunaikan haji.
Keseluruhan rangkaian kegiatan hari ini memperlihatkan bahwa manasik haji merupakan proses bertahap yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Terdapat kesinambungan antara pemahaman teori, praktik ibadah, pendalaman spiritual, hingga edukasi kesehatan yang semuanya saling melengkapi. Jamaah tidak hanya dilatih secara fisik, tetapi juga dibimbing untuk menata niat, mempersiapkan mental, dan memahami hikmah di balik setiap rangkaian ibadah. Dengan model pembimbingan seperti ini, jamaah diharapkan mencapai kesiapan optimal sebelum akhirnya melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.
Manasik ini juga menunjukkan keseriusan KBIHU Armina dalam memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah, baik melalui pembimbingan yang intensif maupun materi yang disusun secara komprehensif. Dengan adanya perencanaan matang untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya, para jamaah dapat merasa lebih tenang dan percaya diri menghadapi perjalanan ibadah yang menanti mereka. Manasik bukanlah acara seremonial, tetapi perjalanan pembelajaran yang penuh makna dan perubahan diri. Oleh karena itu, kegiatan hari ini menjadi pijakan penting menuju rangkaian bimbingan berikutnya yang akan membawa jamaah semakin dekat pada kesiapan haji yang sebenar-benarnya.