Aris Rakhmadi, S.T., M.Eng dan Hj. Siti Rochmijatun, S.Ag., M.Pd.I.
Manasik haji merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pembinaan bagi calon jamaah haji (calhaj) sebelum menunaikan ibadah ke Tanah Suci. Melalui kegiatan ini, jamaah tidak hanya mempelajari tata cara ibadah secara teknis, tetapi juga memahami makna spiritual di balik setiap rukun dan wajib haji yang dijalankan. Pelaksanaan manasik menjadi media edukatif dan reflektif yang membantu jamaah menyiapkan diri, baik secara fisik, mental, maupun rohani, sehingga mampu melaksanakan ibadah haji sesuai tuntunan syariat Islam dan sunnah Rasulullah SAW. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan setiap calon jamaah dapat meraih haji yang mabrur, yaitu ibadah yang diterima oleh Allah SWT karena dilaksanakan dengan ilmu dan keikhlasan.
KBIHU Armina PDM Sukoharjo, sebagai lembaga pembimbing ibadah haji dan umrah di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo, senantiasa menunjukkan komitmen tinggi dalam memberikan layanan terbaik bagi jamaah. Kegiatan manasik rutin dilaksanakan sebagai wujud tanggung jawab moral dan keagamaan untuk memastikan bahwa setiap jamaah memperoleh bimbingan yang komprehensif — tidak hanya dalam aspek ritual, tetapi juga dalam pemahaman nilai-nilai keislaman yang mendasarinya. Pembimbing dan pengurus KBIHU Armina berupaya menghadirkan suasana manasik yang interaktif, komunikatif, dan sarat dengan nilai pembelajaran agar para calon tamu Allah dapat merasakan semangat kebersamaan dalam meniti perjalanan suci menuju Baitullah.
Kegiatan manasik haji kali ini difokuskan pada pembekalan teori dan praktik thawaf, salah satu rukun haji yang memiliki kedalaman makna spiritual. Thawaf bukan hanya sekadar mengelilingi Ka’bah, melainkan simbol penghambaan dan ketundukan total kepada Allah SWT. Untuk memperkuat pemahaman tersebut, KBIHU Armina menyiapkan miniatur Ka’bah dan Maqam Ibrahim di area SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo sebagai sarana simulasi yang representatif. Melalui kegiatan ini, jamaah diajak untuk memahami tata cara thawaf secara detail, mengenal doa-doa yang dibaca, dan merenungi makna setiap putaran sebagai bentuk dzikir dan perjalanan hati menuju keikhlasan.
Memadukan Teori dan Praktik dalam Pembelajaran Thawaf bagi Calon Jamaah Haji
Tujuan utama dari pelaksanaan manasik haji oleh KBIHU Armina PDM Sukoharjo adalah untuk meningkatkan pemahaman syariat para jamaah terhadap tata cara pelaksanaan thawaf yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pemahaman ini tidak hanya penting dari sisi fiqih ibadah, tetapi juga dari sisi spiritual, karena thawaf merupakan salah satu rukun haji yang melambangkan penghambaan dan kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan bimbingan yang sistematis dan disertai penjelasan berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadis, jamaah diajak memahami bahwa setiap gerakan dan doa dalam thawaf memiliki dasar hukum yang jelas serta makna yang dalam. Melalui proses pembelajaran ini, jamaah diharapkan tidak hanya mengikuti tata cara secara lahiriah, tetapi juga memahami nilai ibadah yang terkandung di dalamnya sebagai bagian dari proses penyucian diri.
Selain pemahaman teoritis, kegiatan manasik ini juga memberikan pengalaman praktik langsung thawaf agar jamaah memiliki kesiapan yang lebih baik saat melaksanakannya di Masjidil Haram nanti. Simulasi dilakukan dengan miniatur Ka’bah yang menyerupai situasi sebenarnya di area thawaf, sehingga peserta dapat berlatih memahami arah putaran, posisi Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, serta tempat minum air zam-zam. Pendekatan praktik ini sangat efektif dalam membantu jamaah membentuk memori gerakan dan arah, sekaligus mengantisipasi berbagai kondisi nyata yang mungkin terjadi di lapangan. Dengan demikian, jamaah tidak hanya memahami tata cara thawaf secara teori, tetapi juga siap menghadapi dinamika keramaian di Masjidil Haram dengan penuh ketenangan dan keyakinan.
Kegiatan ini juga diarahkan untuk menumbuhkan sikap khusyuk, sabar, dan ikhlas dalam menjalankan setiap rangkaian ibadah. Pembimbing manasik menekankan bahwa keberhasilan ibadah haji tidak diukur dari kesempurnaan teknis semata, tetapi juga dari kesiapan hati untuk tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Thawaf menjadi simbol perputaran hidup yang berpusat kepada Allah, mengajarkan setiap jamaah untuk melepaskan ego, mengendalikan emosi, dan berlatih kesabaran di tengah situasi yang tidak selalu ideal. Melalui latihan ini, jamaah diarahkan untuk memahami bahwa setiap langkah dalam thawaf sejatinya adalah langkah menuju pembersihan hati dan peningkatan keikhlasan, agar kelak seluruh perjalanan haji menjadi pengalaman spiritual yang benar-benar mendekatkan diri kepada Allah.
Selain aspek spiritual dan teknis, fokus manasik kali ini juga diarahkan untuk menjawab berbagai persoalan praktis yang sering dihadapi jamaah saat melaksanakan thawaf. Dalam sesi tanya jawab yang interaktif, pembimbing memberikan penjelasan rinci mengenai berbagai situasi lapangan, seperti bagaimana menjaga wudu di tengah keramaian, bagaimana hukum bersentuhan dengan lawan jenis secara tidak sengaja, atau bagaimana posisi terbaik bagi jamaah yang menggunakan kursi roda. Pembimbing juga menjelaskan strategi agar jamaah dapat melakukan thawaf dengan aman tanpa mengganggu jamaah lain, termasuk pemahaman tentang adab, doa, serta etika sosial di sekitar Ka’bah. Dengan pendekatan yang realistis dan berbasis pengalaman lapangan, jamaah tidak hanya mendapatkan ilmu agama, tetapi juga bekal praktis untuk melaksanakan ibadah dengan tenang, tertib, dan sesuai tuntunan syariat.
Simulasi Thawaf dan Minum Zam-Zam Warnai Rangkaian Manasik Haji KBIHU Armina Sukoharjo
Kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KBIHU Armina PDM Sukoharjo diawali dengan pembukaan dan penjelasan teori thawaf selama kurang lebih sepuluh menit. Dalam sesi ini, pembimbing utama memberikan uraian menyeluruh mengenai tahapan-tahapan thawaf, dimulai dari niat di Miqat Bir Ali hingga pelaksanaan thawaf di Masjidil Haram. Penjelasan disertai pemaparan urutan rukun dan sunah thawaf, termasuk shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim dan anjuran meminum air zam-zam setelahnya. Jamaah diajak untuk memahami bahwa setiap rangkaian tersebut bukan sekadar gerakan ritual, melainkan ibadah penuh makna yang mencerminkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT.
Setelah sesi pembekalan teori, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab interaktif yang berlangsung cukup dinamis. Jamaah calon haji (calhaj) secara antusias mengajukan berbagai pertanyaan seputar teknis pelaksanaan thawaf, seperti apakah doa dibaca sambil berjalan atau saat berhenti, bagaimana jika tersentuh lawan jenis, hingga bagaimana posisi terbaik untuk shalat di belakang Maqam Ibrahim di tengah kepadatan jamaah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan sabar oleh para pembimbing yang telah berpengalaman mendampingi jamaah di tanah suci. Sesi ini menjadi ruang edukatif yang penting, karena mampu menjembatani antara pemahaman teori dan realitas lapangan yang sering kali penuh dinamika.
Memasuki inti kegiatan, jamaah mengikuti praktik thawaf terbimbing yang dibagi menjadi tiga kelompok kecil, masing-masing beranggotakan 15–20 orang dengan pendamping dua hingga tiga pembimbing. Setiap kelompok melaksanakan simulasi thawaf di area masjid SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo yang telah disiapkan dengan miniatur Ka’bah dan Maqam Ibrahim. Dalam praktik ini, para jamaah dilatih untuk mengenali posisi Hajar Aswad sebagai titik awal thawaf, memahami arah putaran, serta mempelajari bacaan doa di setiap putaran. Interaksi antara jamaah dan pembimbing berlangsung hangat; banyak di antara jamaah yang langsung mempraktikkan gerakan sambil menanyakan situasi nyata yang mungkin mereka hadapi kelak di Masjidil Haram. Pendekatan praktik ini menjadi sarana efektif untuk mengasah kesiapan fisik dan mental jamaah dalam beribadah.
Sebagai penutup, dilakukan simulasi doa minum air zam-zam serta penjelasan tentang adab keluar dari area thawaf. Jamaah diajak untuk meneladani tata cara Rasulullah SAW dalam menjaga kesopanan, kebersihan hati, dan sikap hormat di sekitar Ka’bah. Kegiatan diakhiri dengan evaluasi singkat dan arahan dari pembimbing utama, yang menekankan pentingnya menjaga semangat belajar dan memperkuat niat ikhlas dalam setiap ibadah. Karena keterbatasan waktu, sesi evaluasi umum dan pembahasan praktik sa’i direncanakan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Dengan demikian, seluruh rangkaian manasik ini tidak hanya memberikan bekal teknis, tetapi juga memperkokoh spiritualitas jamaah menuju pelaksanaan haji yang mabrur.
Meneguhkan Tauhid dan Keikhlasan Melalui Nilai dan Makna Thawaf
Dalam pelaksanaannya, thawaf bukan sekadar gerakan melingkar mengelilingi Ka’bah, melainkan simbol ketaatan total seorang hamba kepada Allah SWT. Gerakan ini menggambarkan bahwa seluruh arah kehidupan seorang Muslim semestinya berpusat pada Allah sebagai sumber kekuatan dan tujuan pengabdian. Thawaf mengandung pesan tentang penyerahan diri, keteraturan, dan ketundukan di hadapan Sang Pencipta. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman kepada Nabi Ibrahim dan Ismail agar mensucikan Baitullah sebagai tempat ibadah bagi orang-orang yang thawaf dan bersujud:
وَعَهِدْنَآ إِلٰىٓ إِبْرٰهِيمَ وَإِسْمٰعِيْلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّآئِفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ١٢٥
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘Sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang beriktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.’” (QS Al-Baqarah [2]:125)
Setiap putaran thawaf mengandung pelajaran tentang kesabaran, ketundukan, dan perjuangan spiritual menuju hati yang bersih. Jamaah diajak memahami bahwa dalam setiap langkah thawaf, terdapat makna perjalanan batin menuju Allah—menanggalkan sifat sombong, melatih kesabaran di tengah keramaian, dan menumbuhkan rasa rendah hati. Thawaf juga menjadi simbol penyucian diri dari segala dosa dan keburukan. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa thawaf adalah bagian dari ibadah haji yang harus dilaksanakan dengan penuh kesucian dan ketaatan:
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ ٢٩
Artinya: “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka, menunaikan nazar-nazar mereka, dan melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua (Baitullah).” (QS Al-Hajj [22]:29)
Para pembimbing KBIHU Armina PDM Sukoharjo menegaskan bahwa manasik bukan semata latihan fisik atau penguasaan teknis ibadah, melainkan juga pembentukan kesadaran ruhani dan pemantapan niat. Melalui latihan thawaf, jamaah diarahkan untuk memperdalam makna tauhid—bahwa seluruh aktivitas hidup seorang Muslim semestinya berporos pada Allah semata. Kesungguhan jamaah dalam mengikuti setiap tahapan, mulai dari penjelasan teori hingga praktik langsung, menunjukkan semangat mereka untuk meraih haji yang mabrur. Dengan bimbingan yang terarah dan pendekatan spiritual, kegiatan ini diharapkan mampu membentuk jamaah yang tidak hanya memahami tata cara ibadah, tetapi juga meresapi makna terdalam dari setiap gerakan thawaf sebagai perjalanan hati menuju ridha Ilahi.
Menguatkan Spirit Ibadah Menuju Haji Mabrur
Kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KBIHU Armina PDM Sukoharjo bukan hanya rutinitas tahunan, melainkan wujud nyata komitmen lembaga dalam membimbing jamaah agar memahami dan melaksanakan ibadah sesuai tuntunan syariat Islam. Setiap sesi manasik dirancang dengan pendekatan teoritis dan praktik langsung, menjadikan jamaah tidak sekadar menghafal tata cara, tetapi juga menghayati makna spiritual di balik setiap rukun dan wajib haji. Keterlibatan para pembimbing yang berpengalaman menambah kualitas bimbingan, memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang makna dan tata pelaksanaan thawaf, sa’i, serta ibadah lainnya. Hal ini menunjukkan peran strategis KBIHU Armina dalam membangun kesiapan mental, spiritual, dan fisik jamaah sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Lebih dari sekadar latihan teknis, manasik menjadi proses pembelajaran ruhani yang menumbuhkan kesadaran diri untuk beribadah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Melalui pembekalan ini, jamaah didorong untuk memaknai perjalanan haji sebagai perjalanan menuju Allah SWT—perjalanan membersihkan hati dari kesombongan, memperkuat ukhuwah, serta menumbuhkan rasa tawakal. Dengan pemahaman yang benar, jamaah diharapkan dapat melaksanakan setiap amalan di Tanah Suci dengan ketenangan dan keyakinan, sehingga tidak terjebak dalam formalitas ibadah semata. Haji yang mabrur lahir dari hati yang berserah, ilmu yang benar, dan niat yang lurus, sebagaimana pesan para pembimbing yang senantiasa menekankan pentingnya keseimbangan antara syariat dan spiritualitas dalam setiap ibadah.
Kegiatan manasik haji ini mencerminkan semangat dakwah dan pengabdian KBIHU Armina Sukoharjo dalam membina umat menuju ibadah yang berkualitas. Setiap langkah thawaf yang dipraktikkan jamaah dalam manasik menjadi simbol langkah menuju kedekatan dengan Allah SWT, mengajarkan nilai istiqamah dalam ketaatan. Dengan bimbingan yang tulus dan sistematis, diharapkan jamaah tidak hanya memahami makna thawaf secara lahiriah, tetapi juga meresapi pesan tauhid yang terkandung di dalamnya. Manasik haji bukan sekadar latihan, melainkan latihan jiwa untuk mencapai puncak penghambaan. Melalui kegiatan ini, KBIHU Armina Sukoharjo meneguhkan perannya sebagai mitra spiritual jamaah dalam menapaki jalan menuju kemabruran yang hakiki.
Aris Rakhmadi, Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta sejak 2004, telah 21 tahun lebih aktif mengajar, aktif menulis di majalah Suara Muhammadiyah, Suara Aisyiyah, Tabligh, MedKom PWM Jateng, berhaji tahun 2023, dan bersertifikasi sebagai pembimbing manasik haji professional Kemenag RI.
Siti Rochmijatun, Pengawas di Kantor Kemenag RI Kabupaten Sukoharjo, berhaji tahun 2019, bertugas sebagai pembimbing ibadah haji di tanah suci tahun 2023, bersertifikasi sebagai pembimbing manasik haji professional Kemenag RI.