Lebih Dekat dengan Yusuf Aziz Rahma Lurah Muda Pelopor Anti Pungutan Liar

Muda, energik, sholeh, tegas dengan pungutan liar itulah beberapa gambaran dari seorang Yusuf Aziz Rahma, Kepala Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto.

Ditemui di ruang kerjanya kader Muhamamdiyah itu panjang lebar menceritakan profil dirinya dari kecil hingga sekarang ini.

Aziz di lahirkan di Girimarto, Wonogiri karena bapaknya dulu seorang guru dan ditugaskan di sana, namun kemudian pindah di Desa Wonorejo, Polokarto. Dari kecil Aziz telah mengenal pendidikan Islam di sekolah Muhamamdiyah mulai dari TK Aisyiah, SD Muhammadiyah, MTs Imam Syuhodo hingga kuliah di UNS.

Karena dari kecil tinggal di Desa Wonorejo maka tak heran jika Aziz mengetahui betul lika-liku daerahnya.

Setelah lulus kuliah kemudian masuk di organisasi Pemuda Muhammadiyah Sukoharjo dan diberi amanah mengurusi LazizMu.

“Dari situlah meningkat menjadi kegiatan yang diamanahi banyak hal, di Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah menjadi dipercaya menjadi bendahara umum dulunya aktif di Ikatan Pelajar Muhammdiyah. Dulu juga tidak membayangkan bisa jadi Kepala Desa,”ujarnya.

Sebelumnya Aziz bekerja di biro umroh dan menjadi manajer selama 5 tahun, dari situlah ia mulai berdakwah di masyarakat. Menurutnya hal ini berproses sangat panjang artinya tidak datang secara tiba-tiba artinya.

Saat masyarakat Wonorejo memintanya untuk menjadi Kepala Desa, mereka sangat bersemangat bahkan yang mendaftarkan juga mereka untuk mencalonkan Aziz menjadi Kepala Desa.

“Qadarullah antusias mereka begitu besar, satu bulan sebelum pencalonan banyak dari mereka yang datang silih berganti ke rumah hingga membawa makanan, uang maupun tenaga dan pikiran. Bahkan ada temen yang mendata menu untuk harian agar tidak tempuk,”katanya.

Saat ditanya ongkos biaya pencalonan, Aziz menjelaskan bahwa biaya yang dibutuhkan tidak banyak hanya sepuluh juta rupiah, sedangkan biaya pelantikan malah lebih banyak karena harus pesan baju, sewa bus karena banyak warga yang ingin ikut menyaksikan dirinya dilantik akhirnya tabungannyapun habis diambil semua.

Alhamdulillah selama diamanahi menjadi Kepala Desa saya terus berusaha untuk profesional dan sekaligus berdakwah sebagai kader Muhammadiyah.

Menurutnya, hikmah dari semua itu ngopeni organisasi tidak jauh beda dengan ngopeni di pemerintahan. Karena dari dulu sudah aktif, dari IPM sampai Pemuda Muhamamdiyah hal itu sudah cukup membawa sebuah kompetensi yang diberdayakan di pemerintahan desa, sehingga dari basic itulah Alhamdullah tidak ada persoalan yang jlimet dalam menjalankan program desa.

Terkait tradisi pungutan liar yang sebelumnya telah mengakar di Pemerintah Desa, Aziz juga melakukan terobosan dan berhasil menghilangkannya.

“Kami berusaha sekuat tenaga merubah mindsite agar pungli tidak ada kalau dulu setiap pengurusan ada pungli mulai kami hilangkan sehingga menjadi nol,”tuturnya.

Dengan adanya terobosan seperti itu Alhamdulillah masyarakat semakin percaya dan senang, bahkan pengelolaan dana desa kami juga juga kadang tombok ngutangi kantor.

Kepada semua perangkat desa, Aziz juga memberikan motivasi dan pemahaman bahwa bekerja harus tulus dan ikhlas karena besok akan dimintai pertanggung jawaban. Selain itu kita disini juga sudah ada gaji dari pemerintah.

Ia juga menceritakan zaman dulu mengurus SKHW (Surat Keterangan Hak Waris) itu mahal namun saat ia menjabat hal tersebut berhasil dirubah hingga gratis. Suatu saat ada orang yang datang dan membawa uang, namun uang tersebut ditolaknya karena komitmen tidak minta.

Langkah bersih-bersih pungli tersebut akhirnya diikuti oleh Camat saat itu hingga sekarang tidak minta, ini menjadi hikmah dari dakwah.

Di Kecamatan Polokarto pun ingin ada kajian seperti Muhammadiyah setiap tri wulan yang didapuk pertama kali saya dan diresmikan oleh Bupati Sukoharjo Etik Suryani kalau itu.

Di bawah kepemimpinannya Desa Wonorejo punya tagline religus dan berbudaya. Ada lima kontek religius berbudaya yaitu sholat jamaah 5 waktu, baca quran, rajin sedekah, gotong-royong dan yang kelima wajib belajar Mahgrib sampai Isya.

Desa Wonorejo merupakan Desa Santri se Kabupaten Sukoharjo karena dulunya di zaman PB IV Kasunanan Surakarta berdiri Masjid Agung Imam Syuhodo yang didirikan oleh Kyai Imam Syuhodo karena banyak ulama dan santri maka religius dijadikan sebuah tagline.

“Harapan saya budaya Islami itu melekat di Desa Wonorejo dan masyarakat kita tidak jauh-jauh dari Al Quran,”harapnya.

Kalau kita dakwah dengan Islam yang paling tepat adalah dakwah dengan akhlak (memberi contoh), di Desa Wonorejo yang non muslim itu cuma satu keluarga namun baik dengan program yang diluncurkan oleh Desa Wonorejo.

Terkait dengan masyarakat ‘Islam Abangan’ Aziz juga mempunyai trik jitu hingga akhirnya di wilayah tersebut kini berdiri 3 masjid, Aziz mengajaknya dengan materi dakwah yang sederhana dan Alhamdulillah bisa diterima.

“Karena orang menilai saya bagian dari dakwah akhirnya sering diundang untuk mengisi pengajian dari desa ke desa. Intinya dakwah kita semakin lebih mudah karena kita di pemerintahan,”pungkasnya, []

Ikuti kami

@pdmSukoharjo