MUKJIZAT PSIKOLOGIS AL-QUR’AN DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA: KAJIAN Q.S. ĀLI ‘IMRĀN AYAT 134–135

Bagikan Juga Ke

Oleh: Farida Hanum Harahap

Pembaca yang dirahmati Allâh ﷻ, pernahkah kalian merasa marah, kecewa, atau sedih hingga rasanya sulit mengendalikan emosi? Apalagi di usia remaja, saat hati dan pikiran masih belajar mengenal diri. Tidak sedikit di antara remaja yang hari ini mengalami tekanan mental, merasa tidak dihargai, bahkan sampai kehilangan arah hidupnya. Berita duka tentang meningkatnya angka bunuh diri di kalangan pelajar, menjadi alarm bagi kita bahwa ada yang sedang tidak baik-baik saja dalam sistem emosi remaja kita.

Di sinilah keindahan dan keajaiban (mukjizat) Al-Qur’an menunjukkan dirinya. Al-Qur’an tidak hanya berbicara soal hukum dan ibadah, tetapi juga menyentuh sisi terdalam jiwa manusia psikologi dan pengendalian emosi. Salah satu ayat yang memperlihatkan keajaiban ini terdapat dalam (QS. Ali Imran [3]: 134–135), di mana Allâh ﷻ menjelaskan tentang ciri-ciri orang beriman yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengatur emosi dan mengelola diri.

Allâh ﷻ berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 134–135).

Dua ayat ini menyimpan Mukjizat Psikologis, yaitu keajaiban Al-Qur’an dalam membentuk kecerdasan emosional. Ayat ini tidak hanya memberikan nilai spiritual, tetapi juga menjadi pedoman terapi jiwa yang sejalan dengan konsep psikologi modern.

 

  1. Menahan Amarah sebagai Kontrol Emosi

Kecerdasan emosional dimulai dari kemampuan menahan amarah. Dalam bahasa psikologi, ini disebut self-regulation atau pengendalian diri. Allâh ﷻ menyebutkan “wal-kāẓimīnal ghaizha” (orang-orang yang menahan amarahnya), bukan “yang tidak memiliki amarah.” Artinya, Al-Qur’an mengakui bahwa marah itu fitrah, tetapi harus dikendalikan agar tidak melukai diri dan orang lain.

Bagi remaja, kemampuan ini sangat penting. Banyak kasus kekerasan, perundungan, atau bahkan tindakan nekat seperti bunuh diri bermula dari emosi yang tidak terkendali. Jika sejak dini remaja belajar mengatur emosi dengan nilai-nilai Qur’ani, mereka tidak mudah terpancing, tidak mudah putus asa, dan lebih mampu menghadapi tekanan sosial.

Menariknya, Al-Qur’an tidak sekadar menyuruh menahan amarah, tapi juga mengalihkan energi negatif menjadi tindakan positif. Menahan amarah bukan berarti memendam, melainkan mengelola. Seperti halnya batu yang terus ditetesi air hingga berlubang. Demikian pula hati yang dilatih sabar, lama-lama menjadi lembut dan kuat.

  1. Memaafkan sebagai Terapi Jiwa

Setelah menahan amarah, ayat ini melanjutkan dengan “wal-‘āfīna ‘anin-nās” orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Secara psikologis, memaafkan adalah bentuk tertinggi dari kesehatan mental. Memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan, tetapi melepaskan beban emosi negatif yang dapat merusak jiwa.

Remaja masa kini sering terjebak pada dendam, rasa sakit hati, atau trauma sosial akibat perlakuan lingkungan. Di sinilah Al-Qur’an hadir sebagai terapi jiwa yang membebaskan. Dengan memaafkan, hati menjadi lapang, pikiran menjadi jernih, dan semangat hidup kembali tumbuh.

Penelitian modern pun mengakui bahwa orang yang mampu memaafkan memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tidur yang lebih baik, dan hubungan sosial yang lebih sehat. Ini menunjukkan bahwa keajaiban Al-Qur’an bukan hanya untuk akhirat, tapi juga nyata memberikan manfaat psikologis di dunia.

 

  1. Kesadaran Spiritual sebagai Sumber Pemulihan Diri

Dalam ayat berikutnya ( QS. Ali ‘Imrān [3]: 135), Allâh ﷻ menggambarkan orang yang tergelincir dalam dosa, namun segera sadar dan memohon ampun kepada-Nya. Ini adalah bentuk kesadaran spiritual (spiritual awareness) yang sangat penting dalam membangun ketahanan mental remaja.

Seringkali, remaja yang melakukan kesalahan justru tenggelam dalam rasa bersalah dan kehilangan harapan. Padahal, ayat ini mengajarkan bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya. Selama masih mau introspeksi dan kembali kepada Allah, pintu ampunan selalu terbuka. Kesadaran inilah yang dapat mencegah munculnya perilaku destruktif seperti menyakiti diri atau putus asa.

Mukjizat Al-Qur’an tampak jelas di sini: ia menyeimbangkan antara ketegasan moral dan kelembutan spiritual. Tidak menghakimi, tetapi mengarahkan. Tidak menghukum, tetapi membimbing untuk pulih.

 

  1. Relevansi dengan Kondisi Remaja di Era Modern

Fenomena meningkatnya tekanan psikologis dan kasus bunuh diri di kalangan pelajar menunjukkan bahwa pendidikan emosional dan spiritual belum mendapat porsi yang seimbang. Banyak remaja pandai secara akademik, tetapi rapuh secara emosional. Mereka tahu rumus matematika, namun tidak tahu cara berdamai dengan rasa sakit hati.

Melalui kajian I‘jāz Psikologis( QS Āli ‘Imrān [3] 134–135),  kita memahami bahwa Al-Qur’an lebih dulu berbicara tentang konsep kecerdasan emosional jauh sebelum Daniel Goleman memperkenalkannya. Empati, kontrol diri, kesadaran diri, motivasi, dan hubungan sosial yang sehat semuanya sudah tersirat dalam ayat ini.

Karena itu, pendidikan Islam di sekolah menengah harus mulai menanamkan nilai-nilai Qur’ani ini bukan sekadar dalam mata pelajaran agama, tetapi juga dalam pembinaan karakter dan konseling remaja.

Pembaca yang diberkahi Allâh ﷻ, dari uraian di atas kita belajar bahwa Al-Qur’an bukan hanya kitab petunjuk moral, tetapi juga kitab terapi psikologis. Mukjizat-nya terletak pada kemampuannya menyentuh aspek terdalam jiwa manusia dan memberikan jalan keluar yang logis, lembut, dan menyembuhkan. Bagi para remaja, memahami dan mengamalkan pesan dalam (QS.Āli Imrān[3]:134–135 ) berarti belajar mengendalikan emosi, memaafkan, dan memperbaiki diri dengan penuh kesadaran spiritual. Di tengah derasnya tekanan sosial dan tantangan zaman, ayat ini menjadi cahaya yang menuntun agar mereka tetap kuat, tenang, dan berharga di mata Allâh ﷻ.

 

Catatan Akhir

 

Abdul Aziz Zaenal Muttaqin, Fadlil Yani Ainusyamsi, dan Pepe Iswanto, “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 134 (Analisis Tafsir Al-Azhim Karya Ibnu Katsir),” Bestari, Vol. 17, No. 1, 2020, h. 45, DOI: 10.36667/bestari.v17i1.470.

Afif Nurseha dan Fuad Syakir, “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran Ayat 159,” ISEDU: Islamic Education Journal, Vol. 1, No. 1, t.t., h. 10, DOI: 10.59966/isedu.v1i1.635.

Armin Nurhartanto, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Q.S. Ali-Imran Ayat 159–160,” Jurnal Pedagogy, Vol. 10, No. 3, 2017, h. 18, DOI: 10.63889/pedagogy.v10i3.63.

Nida Arrohmah dan Abi Fa’izzarahman Prabawa, “Group Counseling Self-Control Technique Based on Surat Al-Imran Verse 134 to Overcome Aggressive Behavior in Students: Is It Effective?,” Pamomong: Journal of Islamic Educational Counseling, Vol. 4, No. 2, 2023, h. 120, DOI: 10.18326/pamomong.v4i2.702, https://ejournal.uinsalatiga.ac.id/index.php/pamomong/article/view/702, diakses 1 Juni 2023.

Rizal Hermawan dan Eko Surbiantoro, “Implikasi Pendidikan dari Q.S. Ali-Imran 133–135 tentang Ciri-Ciri Orang yang Bertaqwa,” Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (JRPAI), Vol. 4, No. 1, Juli 2024, h. 43, DOI: 10.29313/jrpai.v4i1.3873.

Siti Rochimah, Kholil, Muhtar Hidayat, Muhammad Ikhsanuddin, dan Rizka Dian Setiawan, “Psikologi Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an: Psychology of Islamic Education in the Qur’an,” ISEDU: Islamic Education Journal, Vol. 2, No. 1, 2024, h. 5, DOI: 10.59966/isedu.v2i1.855.

Sri Hartati dan Muhamad Rezi, “Dimensi Psikologi dalam Al-Qur’an (Analisis Tekstual tentang Ayat-Ayat Al-Qur’an),” Islam Transformatif: Journal of Islamic Studies, Vol. 3, No. 1, 2019, h. 7, DOI: 10.30983/it.v3i1.844.

 

 

 

Biodata Singkat

Farida Hanum Harahap adalah peneliti dan inovator muda berdedikasi dengan latar belakang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Berpengalaman dalam riset, penulisan akademik, serta pengembangan solusi inovatif di bidang pendidikan, fintech syariah, dan pemberdayaan masyarakat. Aktif sebagai, pembina riset, dan telah meraih berbagai prestasi nasional maupun internasional.


Bagikan Juga Ke

Ikuti kami

@pdmSukoharjo