Tingkatkan Keterampilan Digital Difabel, UMS Gelar Pelatihan Intensif Bersama Difapedia 2024

SURAKARTA – Dalam upaya mendukung inklusi digital bagi difabel, Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berkolaborasi dengan Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi, Desamind Indonesia, dan Telkom Indonesia menyelenggarakan Pelatihan Intensif Digital Inklusi Difapedia 2024 bertajuk Digital Skills for Difabel.

Kepala Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital UMS, Maria Husnun Nisa, S.Sos., MA, menyampaikan sambutannya dalam pembukaan acara Digital Skills for Difabel, pada Sabtu, (23/11).

“Selamat datang di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kami sangat berbahagia menjadi tuan rumah acara ini,” ungkapnya.

Perpustakaan UMS, lanjut Maria Husnun, menyambut baik ajakan ini karena pihaknya selalu terbuka untuk semua. Menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini adalah sebuah kehormatan sekaligus kebahagiaan bagi Perpustakaan UMS.

Maria menegaskan komitmen Perpustakaan UMS untuk terus mengembangkan layanan yang inklusif, khususnya bagi teman-teman difabel.

“Kami berharap program ini dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat besar. Semoga antusiasme peserta menjadi pendorong keberhasilan acara ini,” tutup Maria.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Pengelolaan dan Layanan Digital Perpustakaan UMS, Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc (ITE), menjelaskan bahwa inisiasi program ini berawal dari penawaran kerjasama oleh Difapedia, yang sebelumnya telah mengadakan kegiatan serupa di berbagai wilayah seperti Purbalingga, Yogyakarta, dan kini Solo.

“Difapedia membutuhkan tempat dan dukungan fasilitas yang memadai. Setelah mereka melihat kondisi perpustakaan UMS, kami dianggap mampu mendukung program ini,” ungkap Hardika.

Program pelatihan ini dirancang dengan tiga fokus utama, yaitu digital marketing, content creator, dan graphic design.

“Ketiga aspek ini diharapkan bisa mendukung kreativitas teman-teman difabel dan meningkatkan keterampilan digital mereka, baik untuk pengembangan bisnis maupun kegiatan lain yang relevan dengan era digital saat ini,” tambahnya.

Peserta pelatihan berasal dari berbagai jenis difabel, termasuk tuna daksa, tuna rungu, tuna netra, dan difabel mental. Mayoritas peserta adalah tuna daksa.

Hardika menyebut bahwa pelatihan ini tidak hanya berhenti di sesi kelas, tetapi juga dilanjutkan dengan program magang selama dua bulan untuk mendampingi peserta dalam mengaplikasikan keterampilan yang telah dipelajari.

“Selama magang, kami akan mendampingi mereka untuk memastikan progresnya serta melihat apa saja yang masih bisa kami support. Harapannya, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan mereka, tetapi juga membantu mengatasi berbagai tantangan yang mereka hadapi,” jelasnya.

Melalui program ini, Perpustakaan UMS juga melakukan refleksi terhadap layanan yang tersedia, guna menciptakan lingkungan yang semakin ramah bagi difabel di masa depan.

“Ini menjadi langkah perbaikan kami agar layanan perpustakaan benar-benar mendukung kebutuhan teman-teman difabel,” pungkas Hardika.

Pelatihan Digital Inklusi yang digelar di Solo menjadi bukti nyata upaya inklusivitas dalam bidang teknologi. Ahmad Luthfi, Ketua Panitia Pelatihan, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan serupa yang sebelumnya diadakan di Yogyakarta oleh Difapedia, sebuah komunitas yang berfokus pada pengembangan keterampilan digital untuk difabel.

“Inisiasi kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan di Yogyakarta sebelumnya oleh Difapedia dan Mas Hanif. Mereka memiliki keinginan untuk memperluas dampak pelatihan ini ke wilayah lain, termasuk Solo. Setelah itu, Difapedia menghubungi Mas Dika untuk mencari lokasi yang tepat di Solo,” ungkap Ahmad Luthfi.

Pelatihan ini terbagi menjadi dua tahap, yakni sesi online pada 18–19 November 2024 yang berfokus pada teori, dan sesi offline yang berlangsung selama dua hari pada 23–24 November 2024 untuk praktik langsung.

Ahmad Luthfi berharap pelatihan ini mampu mendorong para difabel untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

“Harapan saya, teman-teman difabel tetap memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya. Kami berupaya memberikan fasilitas agar mereka dapat berkreasi dan mengembangkan diri,” tegasnya. (Fika/Humas)

Ikuti kami

@pdmSukoharjo