Youth and Philanthropy: Exploring the Motivations and Engagement Patterns of Generation Z in Charitable Activities

WhatsApp Image 2025-08-13 at 12.55.13 PM
Bagikan Juga Ke

Mohammad Wildan

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Sultan Fatah, Demak, Indonesia

Email: mohammadwildan1607@gmail.com / Hp. 085712306594

Tema Artikel: Filantropi di Mata Generasi Muda

 

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi digital telah mengubah landscape filantropi global, termasuk di Indonesia (Firamadhina and Krisnani 2021). Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, tumbuh dalam lingkungan penuh konektivitas, akses informasi instan, dan pengaruh kuat dari media sosial (Usman 2025). Dalam konteks tersebut, partisipasi mereka dalam praktik filantropi menunjukkan pola yang semakin dinamis jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Miladi and Noviyanti 2022). Tidak lagi terbatas pada donasi konvensional, Gen Z cenderung terlibat secara aktif dalam berbagai bentuk aksi sosial, seperti digital campaign, crowdfunding, hingga advokasi isu kemanusiaan melalui platform media sosial (Enjelina Rahmawati et al. 2024).

Pesatnya adopsi teknologi digital telah merubah wajah filantropi di Indonesia, terlihat dari peningkatan penggunaan platform seperti Kitabisa.com, BenihBaik.com, dan WeCare.id, dengan mayoritas pengguna berusia antara 17–30 tahun (Enjelina Rahmawati et al. 2024). Keterlibatan ini tidak hanya didorong oleh nilai-nilai moral dan empati, tetapi juga oleh faktor identitas sosial, eksistensi di ruang digital, dan kesadaran kolektif terhadap isu-isu sosial yang sedang viral di media sosial (Firamadhina and Krisnani 2021).

Motivasi filantropi Gen Z merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor intrinstik dan ekstrinsik (Saidah et al. 2023). Secara internal, dorongan seperti empati, kepedulian terhadap keadilan sosial, serta rasa tanggung jawab terhadap komunitas menjadi landasan utama dalam membentuk kesadaran sosial mereka. Di sisi lain, faktor eksternal turut memainkan peran signifikan, termasuk pengaruh lingkungan sosial sebaya, peran figur publik atau influencer, serta kebutuhan untuk membangun dan mempertahankan citra diri dalam ruang digital (Firamadhina and Krisnani 2021). Beberapa studi menunjukkan bahwa nilai-nilai personal seperti empati, keadilan sosial, dan tanggung jawab sosial menjadi pendorong utama, namun faktor eksternal seperti tekanan dari lingkungan pertemanan, pengaruh tokoh publik, serta citra diri di media sosial juga berperan besar dalam membentuk keputusan untuk terlibat dalam aktivitas sosial (Anoraga 2024). Hal ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma dari filantropi sebagai kewajiban moral menuju praktik yang lebih bersifat partisipatif, dinamis, dan terkadang performatif (Nadjib and Abror 2022).

Kendati Gen Z menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap aktivitas filantropi, terdapat sejumlah tantangan yang patut menjadi perhatian. Salah satunya adalah ketidakkonsistenan dalam tingkat partisipasi, yang sering kali tidak diiringi dengan pemahaman yang memadai mengenai dampak sosial jangka panjang dari keterlibatan mereka (Firamadhina and Krisnani 2021). Meskipun antusiasme Gen Z terhadap filantropi cukup tinggi, terdapat tantangan yang perlu dicermati, seperti inkonsistensi dalam partisipasi, kurangnya literasi tentang dampak sosial jangka panjang, serta kecenderungan pada tindakan simbolik (symbolic action) yang tidak selalu mencerminkan keterlibatan yang mendalam atau substantive (Saidah et al. 2023). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana keterlibatan generasi muda dalam filantropi dapat dikategorikan sebagai bentuk kesadaran kritis dan bukan sekadar respon terhadap tren sesaat (Usman 2025).

Dalam konteks perkembangan filantropi digital di Indonesia, penting untuk memahami secara lebih komprehensif bagaimana Gen Z memaknai dan terlibat dalam aktivitas sosial. Generasi ini menunjukkan kecenderungan unik dalam memilih bentuk partisipasi, motivasi yang melatarbelakanginya, serta persepsi mereka terhadap kontribusi sosial yang dilakukan, baik secara individual maupun kolektif. Dengan memperhatikan dinamika tersebut, analisis terhadap kecenderungan perilaku dan nilai yang dianut oleh kelompok usia muda ini dapat menjadi dasar yang berharga dalam merumuskan pendekatan filantropi yang lebih adaptif, partisipatif, dan berkelanjutan di era digital yang terus berkembang.
PEMBAHASAN

Perubahan pola filantropi yang dilakukan oleh Gen Z tidak dapat dilepaskan dari dinamika sosial digital yang mereka alami sejak dini. Sebagai digital native, mereka tumbuh dalam budaya keterhubungan instan yang membentuk cara pandang terhadap aksi sosial. Dalam konteks ini, bentuk partisipasi filantropi mengalami pergeseran dari yang bersifat pasif dan konvensional menjadi lebih aktif, fleksibel, dan berorientasi pada isu-isu yang sedang viral. Fenomena ini memperlihatkan bahwa bagi Gen Z, filantropi bukan hanya soal memberi, tetapi juga tentang menjadi bagian dari percakapan sosial yang lebih luas, terutama yang terjadi di platform digital seperti Instagram, Twitter, TikTok, hingga YouTube (Firamadhina and Krisnani 2021).

Berbagai bentuk keterlibatan yang ditunjukkan oleh Gen Z mencerminkan model filantropi baru yang bersifat digital dan partisipatif. Salah satu contohnya adalah maraknya penggalangan dana secara online (crowdfunding) yang mengandalkan kekuatan jaringan sosial dan empati kolektif. Platform seperti Kitabisa.com tidak hanya menyediakan ruang untuk berdonasi, tetapi juga membuka peluang bagi individu muda untuk memulai kampanye sosial mereka sendiri, mengajak komunitas untuk turut serta, dan memantau dampaknya secara transparan (Enjelina Rahmawati et al. 2024). Dengan demikian, proses filantropi tidak lagi bersifat top-down, melainkan bersandar pada pendekatan horizontal yang didorong oleh inisiatif individu dan komunitas digital.

Namun, keterlibatan ini bukan tanpa kritik. Salah satu tantangan terbesar adalah kecenderungan Gen Z untuk terjebak dalam symbolic action, yaitu tindakan yang lebih berorientasi pada pencitraan dan performativitas di media sosial daripada pada keterlibatan substansial dalam isu sosial tertentu (Saidah et al. 2023). Aktivitas seperti membagikan kampanye sosial, menggunakan tagar populer, atau menampilkan diri sebagai bagian dari gerakan kemanusiaan dapat menjadi bentuk virtue signaling yang tidak selalu diiringi dengan aksi nyata yang berdampak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai sejauh mana keterlibatan mereka benar-benar dilandasi oleh kesadaran kritis terhadap isu sosial yang diusung (Usman 2025).

Di sisi lain, terdapat pula indikasi bahwa partisipasi Gen Z dalam kegiatan filantropi semakin dipengaruhi oleh nilai-nilai identitas sosial dan eksistensi digital. Studi Anoraga (2024) menunjukkan bahwa faktor seperti tekanan sosial dari lingkungan pertemanan, keterlibatan tokoh publik (influencer), serta keinginan untuk membentuk citra diri positif di ruang digital menjadi pendorong signifikan dalam keputusan untuk berpartisipasi. Ini menegaskan bahwa filantropi dalam konteks digital tidak lagi murni digerakkan oleh nilai altruistik, tetapi juga terkait erat dengan dinamika identitas dan representasi diri.

Untuk itu, pengembangan strategi filantropi ke depan perlu mempertimbangkan karakteristik dan preferensi Gen Z sebagai target partisipan. Pendekatan yang menekankan transparansi, narasi yang kuat, kemudahan akses teknologi, serta kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam seluruh proses kampanye sosial dapat menjadi kunci untuk memperkuat keterlibatan substantif mereka. Selain itu, peningkatan literasi sosial dan digital perlu menjadi bagian integral dari penguatan budaya filantropi di kalangan generasi muda, agar keterlibatan mereka tidak berhenti pada tataran simbolik, tetapi berkembang menjadi partisipasi yang reflektif, berkelanjutan, dan berdampak nyata di masyarakat.

KESIMPULAN

Fenomena keterlibatan Gen Z dalam praktik filantropi digital di Indonesia menunjukkan adanya transformasi mendasar dalam cara generasi muda memaknai, mengakses, dan menjalankan aktivitas sosial. Generasi ini tidak hanya menjadi pelaku pasif dalam kegiatan donasi, tetapi juga turut membentuk narasi sosial baru melalui partisipasi aktif dalam kampanye digital, penggalangan dana daring, dan advokasi isu-isu kemanusiaan yang mereka anggap relevan.

Motivasi mereka dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal, seperti empati dan kepedulian sosial, serta faktor eksternal yang mencakup dinamika pergaulan, pengaruh tokoh publik, dan kebutuhan akan eksistensi digital. Namun demikian, keterlibatan ini tidak lepas dari tantangan, termasuk inkonsistensi partisipasi, rendahnya literasi sosial jangka panjang, dan kecenderungan terhadap tindakan simbolik yang minim dampak substantif.

Oleh karena itu, penguatan budaya filantropi di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan yang adaptif dan kontekstual. Perlu upaya untuk mendorong partisipasi yang lebih reflektif dan berkelanjutan melalui edukasi literasi digital dan sosial, penciptaan ruang filantropi yang inklusif dan transparan, serta fasilitasi keterlibatan yang lebih otentik dalam penyelesaian masalah-masalah sosial. Hanya dengan cara tersebut, potensi besar Gen Z sebagai agen perubahan sosial dapat diwujudkan secara nyata dalam era digital yang terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Bhirawa. 2024. “A Decade of Charitable Crowdfunding and Its Impacts on the Social Justice Trajectory of Islamic Philanthropy in Indonesia.” Advances in Southeast Asian Studies 17(1):5–24. doi:10.14764/10.ASEAS-0094.

Enjelina Rahmawati, Dwi, Dyah Ayu Anggraini, Shurotul Mufarrida Dinda Fahmi, Mumtazun Nawwaf, and Bakhrul Huda. 2024. “Tren Filantropi Modern: Inovasi Dan Dampak Shadaqah Berbasis Digital Pada Platfrom Crowdfunding Kitabisa.Com.EKOMA : Jurnal Ekonomi 3(2):497–514.

Firamadhina, Fadhlizha Izzati Rinanda, and Hetty Krisnani. 2021. “Perilaku Generasi Z Terhadap Penggunaan Media Sosial TikTok: TikTok Sebagai Media Edukasi Dan Aktivisme.” Share : Social Work Journal 10(2):199. doi:10.24198/share.v10i2.31443.

Miladi, Nuril, and Ririn Noviyanti. 2022. “Konfigurasi Filantropi Islam Era Digital: Studi Peran Sedekah Pada Aplikasi Media Sosial Youtube.” Al-Mashrafiyah: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Dan Perbankan Syariah 6(2):51–63. doi:10.24252/al-mashrafiyah.v6i2.29866.

Nadjib, Abdul, and Muhammad Yusuf Abror. 2022. “Dinamika Isu-Isu Sosial Ilmu Politik Kontemporer.” Book 1–433. doi:10.1016/j.earlhumdev.2006.05.022.

Saidah, Musfiah, Rizki Ulhadi, and Hilya Maylafayzah. 2023. “Islamic Philanthropy on Social Media in Youth Volunteering Movements.” Dialog 46(2):135–44. doi:10.47655/dialog.v46i2.737.

Usman, Rosid Al. 2025. “Transformatif Generasi Digital: Mengoptimalkan Penggalangan Dana Daring Dan Literasi Filantropi Melalui Warung Bumbu Langit.” Jurnal Kajian Islam Interdisipliner 10(1):33–52.

 


Bagikan Juga Ke

Ikuti kami

@pdmSukoharjo