SURAKARTA – Surat Al-Mulk bukan sekadar bacaan malam hari sebelum tidur, melainkan bagian dari Al-Qur’an yang mengandung pelajaran mendalam tentang iman, ilmu, dan tanggung jawab spiritual.
Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I., mengulas secara mendalam keutamaan dan kandungan ayat-ayat dalam surat ke-67 ini.
“Surat Al-Mulk adalah pelindung dan pemberi syafaat. Ia menyelamatkan, tetapi hanya bagi mereka yang membaca dengan pemahaman dan keyakinan,” tutur dosen UMS itu, Jumat (23/5).
Ia menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat memuliakan surat ini, bahkan menjadikannya bacaan rutin sebelum tidur, karena kandungan spiritualnya yang sangat kuat.
Dalam ayat pertama, kata “tabaraka” menjadi sorotan utama. Menurut Rha’in, istilah ini menunjukkan kekuasaan mutlak dan keberkahan yang hanya milik Allah. Kekuasaan sejati adalah yang membawa berkah, bukan yang menebar kecemasan.
Ayat kedua menjadi titik refleksi tentang makna kehidupan dan kematian. Dengan mengutip tafsir klasik seperti Ibn ‘Ashur, Rha’in menyampaikan bahwa hidup dan mati bukan proses biasa, melainkan ujian dari Allah untuk melihat siapa yang paling baik amalnya. Ia juga menegaskan bahwa orang yang rela bersujud kepada Allah telah mencapai derajat kemanusiaan tertinggi.
Pada bagian selanjutnya, ia menguraikan tentang penciptaan langit yang berlapis-lapis dan tanpa cacat. Struktur kosmos yang agung ini menjadi bukti kekuasaan Allah yang tak terbantahkan. Di sisi lain, ia menyayangkan bahwa umat Islam saat ini kerap tertinggal dalam sains.
“Kita terlalu sibuk memperdebatkan hal-hal cabang, hingga lupa bahwa langit menunggu kita teliti dengan ilmu,” katanya.
Pembahasan juga mencakup fungsi bintang-bintang sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Ibn Jarir: sebagai penghias langit, pelindung dari gangguan setan, dan petunjuk arah. Rha’in menekankan bahwa bagi setan yang mencoba menembus batas-batas langit, neraka Sa’ir telah disiapkan sebagai tempat kembali.
Ayat 6 hingga 11 yang berisi ancaman terhadap orang-orang kafir juga dibahas mendalam. Ia menyamakan kekafiran modern, seperti ateisme dan agnostisisme, dengan bentuk penolakan halus terhadap kebenaran.
“Ia tidak kasar, tetapi mematikan hati,” ujarnya sambil mengutip pandangan Mujahid tentang suara gemuruh neraka sebagai simbol murka Allah terhadap manusia yang musyrik.
Masuk pada ayat 12 hingga 15, Rha’in mengajak peserta untuk merenungi bahwa Allah mengetahui isi hati manusia. Ia menyebut bahwa air mata yang jatuh karena takut kepada Allah, khususnya di tengah malam, menjadi bukti iman yang sejati dan jaminan terbebas dari api neraka.
Kajian ini merupakan bagian dari program rutin yang diselenggarakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS. Acara yang telah terlaksana secara daring pada Kamis (22/5) ini diikuti oleh sivitas akademika UMS.
Dalam sesi tanya jawab, saat ditanya apakah benar surat ini memberi syafaat, Rha’in menjawab tegas, “Iya, sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadis sahih. Jangan ragu menjadikannya bagian dari hidup kita.”
Sebagai penutup, dosen Fakultas Agama Islam UMS itu mengajak peserta untuk tidak hanya membaca Surat Al-Mulk, tetapi juga menghayati dan mengamalkannya karena surat ini mengajarkan cara melihat hidup, mati, alam semesta, dan kekuasaan Allah dengan kacamata iman dan ilmu.
“Mari jadikan ia pelita hati kita,” pungkasnya. (Adi/Humas)